_Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan_
Namanya Rabiah. Profesinya tenaga medis. Dia dijuluki "Suster
Apung" karena hampir setiap hari -- berjam-jam -- menerjang ombak dengan
perahu tradisional, dari pulau ke pulau. Separuh dari usianya yang 48 tahun dia
dedikasikan untuk mengabdi pada penduduk di pulau-pulau di Laut Flores,
Sulawesi Selatan.
Pernah bersama beberapa orang pulau, ibu empat anak ini terdampar di pulau
karang yang tak berpenghuni. Beberapa di antara mereka sudah mulai putus asa
dan berniat meninggalkan pulau dengan rakit buatan. Di tengah rasa putus asa,
mereka menulis pesan di atas beberapa tempurung kura-kura lalu dihanyutkan ke
laut. Tuhan maha besar. Salah satu tempurung itu ditemukan
warga pulau. Maka selamatlah mereka.
"Sebagai perawat, saya sebenarnya bisa kena malpraktek,"
ungkapnya jujur. Pasalnya, suatu hari, akibat keterbatasan obat-obatan Rabiah
terpaksa memberikan cairan infus yang sudah kadaluarsa kepada seorang penduduk
yang sedang sekarat. "Alhamdulilah orang itu masih hidup sampai sekarang,"
ujarnya.
Dalam menjalankan pekerjaan, ia bersama posyandu lokal menolong
pasien-pasien yang tersebar di daerah kepulauan yang mana memerlukan jasanya.
Namun dengan minimnya fasilitas-fasilitas dimana salah satunya adalah
transportasi, maka untuk menyembuhkan seorang pasien dibutuhkan waktu sehari
atau semalam untuk menyeberangi lautan, padahal pada saat itu pasien telah
berada didalam kondisi yang kritis.
Sering kali para pasien menunggu berjam-jam untuk mendapatkan tindakan
medis darinya. Untuk komunikasi tidaklah mudah untuk dilakukan, satu-satunya
komunikasi yang ada adalah alat handy-talkie namun hal tersebut tidak dapat
membantu. Hal ini dikarenakan handy-talkie lebih berguna di daratan, sementara
ia hanya mendapatkan satu buah dan tanpa antena, dalam hal ini tidaklah efektif
dilakukan karena tidak terdapat pasangan bicaranya.
Maka dari itu, satu-satunya cara yang paling efisien adalah pengiriman anak
buah oleh kepala desa dari suatu pulau ke tempatnya. Ini juga tidak
mempermudahkan keadaan, karena untuk mengarungi suatu pulau membutuhkan waktu
yang lama dan tidak selamanya keadaan lautan tenang.
Dalam melakukan kegiatannya ia tidak pernah mengeluh sekalipun,
bahkan pada tahun pertamanya ia bekerja sebagai perawat, ia selalu menagih
janji kepada kepala desa yang pernah menjanjikannya untuk melaut. Sebagai
perawat, ia memiliki prinsip yaitu bekerja sebagai pelayanan dan tanggung jawab
kepada masyarakat. Ia memandang bahwa mereka juga saudara kita dan rakyat
Indonesia berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Seperti yang ia katakan suatu waktu “Tidak ada yang boleh meninggal karena
melahirkan dan tidak ada pula yang boleh meninggal karena diare”. Sebuah sikap
yang terus diperjuangkan sekuat tenaga meskipun selalu mengarungi lautan yang
sering kali tidak ramah. Walaupun hasil gaji yang diterima tidaklah besar dan
tidak ada jaminan asuransi, namun Ia tetap mengabdikan dirinya untuk membantu
pasien yang membutuhkan jasanya.
Semangat berbagi :)
Al-Qudwah charity
0 komentar:
Dí lo que piensas...
Silakan tinggalkan komentar Anda. Terima kasih atas kunjungannya.