Selamat datang dan selamat bergabung. Terima kasih telah mengunjungi blog kami. Semoga bermanfaat ..:

Rabu, 23 Mei 2012

Artikel QC: "Bayangkanlah"

_Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu_


Penulis
Bapak Hidayaturrahman
(Dosen STAI Al-Qudwah) 

Ada satu kata yang patut dibayangkan. Hanya dibayangkan. Karena ia tak memungkinkan untuk dilihat apalagi diraba. Lalu renungkanlah kata itu di dasar samudera jiwa yang bening. Maknailah satu persatu setiap peristiwa  yang ditayangkan oleh kata itu. Lakukanlah dengan segenap penghayatan, hingga senar-senar jiwapun juga terlibat, bergetar  mengalunkan istighfar dan tasbih. Bahkan air matapun ikut serta kemudian ia deras menetes. Apakah kata itu? Kemudian tahukah apakah kata itu? Kata itu adalah kampung keabadian; hari kiamat. Itulah kata yang yang akan meracik hati jadi lembut, menyentuh hati jadi hidup. Menggerus kesombongan dan melahirkan ketawaduan. Menenggelamkan ketamakan dan kekikiran kemudian menerbitkan fajar kedermawanan dan kepedulian. 

Kata itu telah diulang-ulang oleh Allah di berbagai ayat dalam Al qura’an. Cobalah buka Al Qur’an juz ke 30, Juz ini terdiri dari 36 surat, dan ternyata surat yang berbicara tentang hari kiamat lebih dari 60% yaitu 22 surat. Allah menceritakan Hari kiamat dengan varian kata yang berbeda-beda; ada An-Nabaul ‘Adhim artinya berita yang agung, As-Shookhoh artinya suara yang memekakkan terlinga, At-Thoommah artinya malapetaka besar, Al Infitor dan Al- Insyiqo’ artinya langit yang terbelah, Yauma tublassaraair artinya hari disaat seluruh rahasia tersingkap, Al-Zalzalah artinya goncangan dahsyat. Dan masih banyak lagi ragam kata yang melukiskan dahsyatnya hari kiamat itu.

Cobalah buka layar hati ini, kemudian hadirkan perlahan-lahan tayangan kepanikan hari kiamat. Kepanikan yang kedahsyatannya melumpuhkan ingatan sang anak pada ibu bapaknya. Mematikan ingatan sang suami pada anak istrinya dan membutakan mata ingatan manusia pada saudaranya. Mereka lupa semuanya, tak terkecuali orang-orang yang dicintainya. Lumpuhnya ingatan mereka dikarenakan takut dan panik untuk mempertanggung jawabkan semua amal-amalnya. Karena kala itu balasan Allah; nikmat dan azabNya begitu jelas tergambar di pelopak  mata, sejelas matahari di puncak siang. Tak ada lagi yang tersembunyi dan ghoib. Mereka takut dan ngeri jangan-jangan azab menjadi balasannya lalu meremukkan tulang belulang. Muara dari kengerian dan ketakutan itulah yang menjelmakan kepanikan begitu dahsyat hingga melucuti semua ingatan mereka. Kepanikan semacam ini direkam oleh Allah dalam Al Qur’an pada surat Abasa ayat 33-42.

Atau hari kiamat yang menayangkan para durjana yang harus menelan pil pahit keputus asaan. Saat para durjana yang tangannya berlumuran bau anyer darah rakyat jelata. Mereka dibantai hingga tak bernyawa. Atau para maling-maling berdasi yang merampok duit negara. Atau para jajahan –jajahan hawa nafsu yang melahab habis tubuh wanita jalang nan nista. Mereka menjerit ketakutan penuh keputus asaan saat Azab Allah siap merobek-robek tubuhnya yang selalu berselimut kemaksiatan. Bahkan, saking putus asanya mereka menjerit ingin  kembali kedunia dan ingin menjadi tanah dan tak ingin  menjadi manusia lagi. Itulah jeritan ketak berdayaan di depan ganasnya siksa akhirat,  seperti yang di abadikan Allah dalam surat An Naba’ ayat 40.  

Atau gemuruh goncangan hari kiamat yang menampar kesadaran setiap insan. Kesadaran untuk berbuat yang terbaik pada Allah baru tumbuh dan mekar kala hari kiamat menggelar keperkasaannya. Hari itu langit terbelah. Trilyunan bintang- gemintang rontok terkapar seketika. Laut membuncah dan tumpah menamatkan riwayat bumi. Seluruh penghuni kubur dibangkitkan dengan aneka ragam wajah, sebagai cermin hidup dari amalnya di dunia. Inilah peristiwa yang membuat setiap insan takluk dan mengakui kemaha Agungan Allah. Seperti tertutur dalam surat Al infitor ayat 1-5.   

 Jika seperti ini kejadiaannya, maka mucullah pertanyaan ini, “kenapa pemandangan akhirat yang tak terbayangkan itu ditayangkan oleh Allah saat kita masih di dunia?” Inilah rahasianya, teryata Allah hendak mengajari kita menjadi manusia besar visioner. Manusia yang memiliki talenta menghadirkan masa depan di masa kini. Piawai meracik dan merespon isyarat-isyarat zaman yang akan datang di masa kini. Mampu berfikir melampaui ruang dan usianya. Pikirannya menembus ruang dan waktu. Inilah potret manusia besar. Seperti sabda Rasulullah, “Orang cerdas itu adalah orang yang memiliki kekuatan untuk mengendalikan nafsunya, agar produktif meracik bekal kesuksesan untuk (kampung keabadian; ahirat) setelah kematian”. Ya. Setiap aktivitas dunianya selalu dimaknai untuk kesuksesan ahirat. Jika ini menjadi spirit setiap insan, Subhanallah... alangkah eloknya hidup ini. Tak ada pemimpin kecuali adil dan kaya cinta. Tak ada pedagang kecuali jujur dan dermawan. Tak ada anak kecuali hormat dan berbakti pada orang tuanya dan tak ada orang tua kecuali menghadirkan cinta dan teladan terbaik untuk anak-anaknya. Semua itu tak dilakukan kecuali tumbuhnya harapan untuk bisa tersenyum di rumah keabadian; ahirat. Selalu terpahat di jiwanya, “Dunia adalah jembatan emas menuju  sukses ahirat”.

Kemudian, “kenapa Allah mengulang-ulang tayangan ahirat di banyak ayat dalam Al qur’an?” Perhatikanlah iklan politik yang ditayangkan berulang-ulang di telivisi. Satu keinginanya, agar masyarakat yakin akan kebaikan parpol itu kemudian memilihnya saat pemilu tiba. Walau terkadang iklan itu dibumbui kepalsuan dan kepura-puraan. Karena pengulangan itu akan membentuk memori tersendiri di long term memori manusia. Begitupun dengan ahirat yang pasti benar, ia diulang-ulang tayangannya  di layar televisi Al qur’an agar manusia memiliki dua keyakinan yang pasti. Pertama. Agar manusia meyakini bahwa ahirat itu penting dan signifikan pada kehidupan manusia. Ia akan menjadi telaga optimisme bagi mereka yang terdholimi. Karena disana ada keadilan hakiki.  Dan ia menjadi cambuk bagi sang durjana agar mengahiri kenistaan dan kedholimannya sebelum nyawa terlepas dari jasadnya. Karena disana ada azab yang mengerikan, sebagai konsekwensi logis dari ulahnya. Disini ahirat menghadirkan titik keseimbangan antara yang didholimi dengan yang mendholimi. Yang kedua. Agar manusia sadar dan mengetahui akan peta perjalan hidupnya yang pasti dilalui; ada stasiun alam rahim, ada stasiun alam dunia, ada stasiun alam kubur dan terahir stasiun alam ahirat. Maka setiap orang yang cerdas pasti mempersiapkan diri untuk perjalanan selanjutnya. Semoga kita semua di takdirkan dan dipilih oleh Allah menjadi hambanya yang cerdas, sehingga bekal menuju kampung kebadian tak tercecer. Amien. 
(Cong Day. Depok, 23/2/09 pukul 17.01 WIB)    

Semangat berbagi .. :)

Al-Qudwah Charity
qudwah.charity@gmail.com
http://www.alqudwah-charity.blogspot.com
0818 0798 6331

0 komentar:

Dí lo que piensas...

Silakan tinggalkan komentar Anda. Terima kasih atas kunjungannya.

Buku tamu

Al-Qudwah charity. Diberdayakan oleh Blogger.